Kamis, 27 Februari 2014

Hujan di Mimpi

Semesta bicara tanpa bersuara 
Semesta ia kadang buta aksara 
Sepi itu indah, percayalah 
Membisu itu anugerah 

Seperti hadirmu di kala gempa 
Jujur dan tanpa bersandiwara 
Teduhnya seperti hujan di mimpi 
Berdua kita berlari 

Semesta bergulir tak kenal aral 
Seperti langkah-langkah menuju kaki langit 
Seperti genangan akankah bertahan 
Atau perlahan menjadi lautan 

Seperti hadirmu di kala gempa 
Jujur dan tanpa bersandiwara 
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari
(Banda Neira - Hujan di Mimpi)

Sabtu, 08 Februari 2014

Untuk yang Namanya Belum Kutahu



Sugguh bagiku ini pengalaman perdana. Rindu pada manusia yang belum pernah ku lihat wajahnya.
Kamu, apa kabar di sana? Mudahkah hidup di dunia penuh misteri?
Aku masih di sini. Selalu menunggumu hadir. Tanpa tahu kau nanti seperti pelangi atau matahari.

***
Untukmu yang sebentar lagi lahir ke dunia.        
Ada rasa yang penuh dengan buncahan gembira. Dalam hatiku yang dekat dengan di mana kau berada.
Banyak pula tanda tanya di kepala.
Kau nanti seperti apa.
Apakah mirip mama. Ataukah mirip dengan papa.
Aku hanya bisa menerka-nerka. Melihat fotomu yang masih samar-samar bergeliat manja.
Sugguh bagiku ini pengalaman perdana. Rindu pada manusia yang belum pernah ku lihat wajahnya.

Kau tahu aku sangat bahagia.
Bagaimana tidak, kau adalah putra pertama. Pun juga cucu pertama di keluarga mama.
Kami semua menanti suara. Suara tangis dari bibirmu yang merekah.
Kami semua menanti rupa. Rupa merona dari pipi lembutmu yang halus luar biasa.

Rencananya Nak, kau akan hadir di bulan kedua.
Bulan yang tanggalnya tak banyak seperti bulan lainnya.
Bulan dimana aku dan papamu memutuskan untuk hidup bersama.
Dan aku di sini semakin sering berdegub-degub untuk menantimu.
Kau pasti juga merasakannya bukan? karena tubuh kita menyatu. Saling padu.

Kau mau tahu anakku.
Saat alat periksa dan dokter berkata kau ada.
Aku memutuskan untuk lebih bijaksana.
Aku semakin sering berdoa padaNya. Agar terus dipercaya memilikimu di dunia.
Aku semakin sering membaca dan bertanya. Pada mereka yang sudah berpengalaman melahirkan manusia ke dunia.
Aku semakin sering belajar agama dan melantunkan ayat-ayat suci. Karena aku mau mengajarimu nantinya sebaik mungkin.
Aku semakin sering berolahraga. Agar kau sehat di dalam sana. Pun juga ketika lahir ke dunia.
Aku juga memilah-milah asupan makanan yang masuk ke tubuh kita. Jangan meronta ya. Rasakan saja berbagai makanan itu. Agar kau tak kaget nanti memakannya di dunia barumu.
Tentu aku akan memberikan yang terbaik untukmu.

Mencarikan nama untukmu juga sudah kucicil bersama-sama.
Aku mau kau nanti bangga membawanya. Karena nama, terbawa sampai kau menghadapNya.
Aku juga mau kau nanti tak malu memperkenalkan namamu dengan teman-teman sebaya.
Nama yang bersinar dan memberi kehormatan bagi yang menyandangnya.
Kami bingung. Mahendra atau Purnama.
Tapi ini masih rahasia.

Kau tahu Nak, papamu juga banyak berubah.
Dia lebih sering berpuasa. Sering bercengkrama dengan pemilikMu di malam tanpa suara.
Dia juga lebih sering berlatih melantuknan adzan. Agar fasih dan benar bunyinya.
Karena nantinya dia yang membisikkan suara adzan itu di telingamu.
Kau harus mendengarkannya ya. Suara itu sangat indah dan akan menuntun jalanmu untuk pulang.

Walau aku sangat mendambamu. Tapi aku takut akan sembilu hadir di hatiku. Saat kita nanti tak lagi satu raga.         
Sembilan bulan bersama, berdua dalam satu raga. Ini adalah hubugan terdekat kita. Ini adalah kedekatan paling utama.
Pesanku padamu Nak, jangan takut dunia.
Kau sendiri bukan, yang meminta pada Tuhan untuk dilahirkan.
Masih banyak orang baik yang ada. Kau pasti menjadi salah satunya.
Tapi jangan kaget jika ada sifat kebalikannya. Kau pasti bisa mengatasinya.
Karena aku akan selalu bersamamu sampai nafasku tak lagi berhembus.

Jika kelak kau ditanya siapa yang paling mencintaimu.
Kami adalah jawabnya.
Cinta kami ada bahkan sebelum kau ada di dunia.



if you want to peek more pictures just click anadanandit 

All pictures captured by wulanasihsetyarini
Email: wholzy@gmail.com



Selasa, 04 Februari 2014

Mendongak Temukan Stalaktit, Menunduk Temukan Stalakmit.


follow me! | Museum Karst-Wonogiri


A whole new world. A new fantastic point of view. No one to tell us no. or where to go. Or say we’re only dreaming.
A whole new world. A dazzling place I never knew. But now from way up here. It’s crystal clear. That now I’m in a whole new world with you.** 

Sepertinya mau loncat-loncat. Agar rasa kantuk selepas subuh lenyap. Namun urung. Karena persiapan belum juga rampung. Pergilah saya menerjang subuh, bersama himpitan dingin yang menusuk. Melewati gua, sawah dan waduk. Tak lupa rumah, gedung dan warung. Dan sampailah saya di sebuah universitas, walau dengan tersesat dan tanya sana sini. Universitas ini memiliki memori tersendiri buat saya saat masih kecil. Beberapa kali saya di ajak bapak berkeliling kampus ini untuk mengurusi kuliahnya. Yang saya tahu saat itu hanya banyak orang dewasa di mana-mana. Berkenalan dengan mbak-mbak yang suka mencubit pipi saya. Sholat dhuhur di masjidnya dengan takut-takut. Karena bapak masuk di saf lelaki dan saya harus sendirian di saf wanita. Memasuki jalan kampusnya kemarin dengan di jemput dua orang teman, menarik kembali memori belasan tahun lalu.


Setelah beberapa menit menunggu yang belum mandi dan yang belum datang. Berangkatlah kami berlima menuju sebuah museum karst di Pracimantoro, Wonogiri. Sebelumnya menjemput satu teman lagi yang rumahnya di Wonogiri. Karena banyak aral, semacam lelet, ban bocor dan sedikit gerimis maka waktu berjalan cepat dan perut mulai lapar. Kami makan dulu di warung makan tepian waduk gajah mungkur. Di temani petikan sitar dan suara ibu-ibu bermake up tebal berdendang lagu jawa.

Lanjut berkendara ke tujuan awal. Bertanya dua kali dan sampailah kami di Museum karst yang baru di resmikan tahun 2009. Setelah menunaikan ibadah, kami masuk ke museum yang harga tiketnya hanya 2100. Berkeliling, foto-foto, mencet-mencet tombol dan terkagum-kagum karena museumnya masih bersih dan terawat. Jadi tahu apa itu karst, yang mana stalaktit dan yang mana stalakmit. Kehidupan jaman dulu di goa-goa dan manfaat karst masa kini.

Setelah melalui pintu keluar kami sempat bingung memutuskan mau ke lurus atau ke kanan. Rasanya ke kanan dan melihat pura adalah pilihan tepat karena jaraknya dekat. Menaiki puluhan anak tangga yang di tengahnya ada semacam jalan untuk kereta barang. Puranya sudah nampak, Tertutupi semak-semak. Bergerak dan berdecak. Tentu saja sambil bergerak dan bergaya saat kamera dibiarkan mengambil gambar secara mandiri. Turun lagi ke bawah dan memutuskan berkendara ke goa.

Langit yang mulai mendung membuat kami segera bergegas pulang. Mampir ke rumah saudara salah seorang teman yang katanya dekat, tapi kok ya lumayan. Di jamu makan siang dan cerita menarik tentang pertanian dan cerita keturunan mereka.

Pulang. Dengan guyuran hujan deras dan sempat berteduh di rumah warga yang baik hati. Mampir ke Wonogiri lagi dan berpamitan dengan ibu ramah, ibu teman kami.


***

Jadilah pemeran utama. Bukan hanya pemerhati cerita. Berdiam diri terjepit dinding rumah, tebalnya buku perjalanan, atau cerita dari mulut manusia tidak akan cukup. Semua itu akan lebih nyata jika kita sendirilah pemeran utamanya. Mendongaklah ke atas di manapun kita berada, langit akan tetap sama. Tapi menunduklah dan melihat sekitarmu, keindahan yang luar biasa akan terpampang disana.

Perjalanan kemarin membuat saya semakin kaya. Mulai dari mendapat teman baru, mendapat ingatan baru, pengalaman, tempat dan situasi yang berbeda. Berbincang tentang kuliah, skripsi, karir dan cita-cita. Hingga bercerita tentang anak mas, gerhana, angling dharma, dan wiro sableng kecil yang katanya dari Wonogiri. Tanpa lelah hingga nasi dipiring lupa dimakan. Berdebat tentang Es Goreng atau Es Kado. Tata Boga atau Taekwondo. Menemukan air haram di mulut goa dan muda-mudi di pinggiran jalan bersemak. Mendengar cerita tentang video editing, jagung yang bagus, hingga cerita cinta yang tumbuh dari sekolah dasar. Tak lupa cerita masa lalu. Tentang ikhlasnya warga hijrah dari Wonogiri. Sebaliknya ada juga yang merantau dari Salatiga dengan berkuda. Berfoto gaya Power Ranger. Dan menyadari salah satu diantara kami mirip Febri Idol, dia bilang malah Fedi Nuril. Hujan kemarin menjadi pelicin jalan agar perjalanan kami semakin lancar, walau cipratan genangan air dari truk pertamina memang menyebalkan. Tapi semuanya terbayar. Dunia baru yang hanya didapat jika kita bergerak. Bukan hanya digerakkan oleh rotasi dan revolusi bumi. 

A whole new world. A hundred thousand things to see. I’m like a shooting star. I’ve come so far. I can’t go back to where I used to be. 
A whole new world. With new horizon to pursue. I’ll chase them anywhere. There’s time to spare. Let me share this whole new world with you.**


**(A Whole New World – OST Aladin)

Belajar kemarin

#Karst : adalah sebuah bentukan alami dari proses pelarutan dan penggendapan kalsit yang biasanya ada di gua-gua. Bisa untuk tempat penyimpanan air dalam gua sebagai sungai atau air tanah.
#Stalaktit : batuan atau mineral sekunder yang terbentuk dari tetesan air di daerah kapur melalui celah batuan yang letaknya di atap gua. Bentuknya biasanya meruncing ke bawah.
#Stalakmit : bedanya ada pada letaknya yang di bawah (dasar gua). Meruncing ke atas.

==  Photo Gallery ==


stalactite or stalagmite? 
one corner of the museum

butterfly collection at the museum

main collection

places of worship (temple)

do you thing this is real? (it's artificial)
The real one (similarly as the top, right?)

power ranger squad!!!
Thank You all! (Pracimantoro - Karts Museum)

candu

"kubilang rindu, kau jawab dengan candu."

teman