Kamis, 09 Oktober 2014

Jarak, Doa, dan Kita



Tanah yang kita injak kini tak lagi sama. Tapi langit kita masih sama bukan?

Berat sekali ketika memberi kabar bahwa aku akan pergi ke ujung Indonesia. Kota yang bahkan kita tak tahu letak pastinya. Sampai harus bedebat dia di paruh atau di ekor. Kota yang dulunya hanya berada dalam impian untuk bisa sekedar berlibur ketika uang sudah bejibun. Mengatakannya saja sudah membuat perut mulas dan dada sesak. Apalagi melihat tanggapan kalian. mulai dari kaget, sedih, ngejek, dan akhirnya mendoakan dan meyemangati agar aku kuat disana. Betapa riuh pembicaraan kita waktu itu. Walau tanpa sadar ada aliran perlahan dari sudut mata yang mulai kabur.

Kalian tau? Aku beruntung memiliki teman yang sebegitu baiknya mengirimkan boks warna pink berisi penuh benda-benda manis didalamnya. Menerimanya dari bapak-bapak pengirim pesan dengan wajah ramah kemarin. Ingin segera kubuka, namun urung kulakukan karena masih ada pekerjaan yang belum rampung. Kubawa dengan hati-hati. Kubuka perlahan. Namun akhirnya tak sabar. Pertama kali yang kulihat adalah sebuah gambar peta. Gambar Indonesia sederhana dengan muka-muka imut dibawahnya. Dibawah pulau Jawa kau gambar begerombol muka-mukamu. Dibawah pulau Papua kau gambar mukaku. Sendiri. Iya sendiri. Melihatnya kembali membuat mataku berair.

Payung merah yang hot. Pasmina penuh gambar. Tumbler gambar travelling. Toples kaca bertabur salju abadi berwarna pink dan hijau. Berisi alat-alat pemanis tubuh. Mug berhias foto kita. Serta foto dan pembatas buku paling indah yang pernah aku tahu. Benda-benda yang pastinya kau pikirkan dengan sangat untuk keperluanku kelak. Perlakuan kalian sungguh special. Untuk orang yang biasa ini. Untuk orang yang tak bisa membalas ini. Yang hanya bisa membalas dengan tangan menengadah ke langit selepas bersujud kepada-Nya.
 
Senang sekali aku mengumpulkan doa. Doa agar aku sukses, doa sehat selalu, doa cepet dapet jodoh, doa agar betah disana, doa agar tetap santik, mulus, dan unyu-unyu, doa agar ketemu orang-orang baik hingga doa segera balik ke pulau Jawa. Kukumpulkan satu persatu. Kuikat dengan erat. Dan kubawa terbang melintasi ratusan pulau hingga di pulau paling timur ini.

Doa kalianlah yang ku bawa mengabdi. Doa kalianlah yang kupakai untuk berdiri.agar tak lagi gemetar kaki ketika menginjak tanah ini. doa kalianlah yang kugunakan sebagaii pelindung. Dari ganasnya binatang kecil bersayap yang pandai terbang mengerubuti. Sehat-sehat ya disana. Katamu kala itu. Doa kalianlah yang kusimpan dengan erat. Untuk menguatkan ketika semangat mulai bergeliat dengan tanah dan tak mampu lagi menembus langit.

Jauh atau dekat jarak, kita yang ciptakan. Jika enam jam saja kita sudah mengeluh dan takut. Bagaimana jika nanti sudah berbilang hari. bagaimana nanti jika sudah berbeda benua. Aku masih dekat kawan. Masih dapat kau jangkau dengan mudah. Masih bisa menyusur sendiri jalan untuk pulang. Masih ingat jejak-jejak dan petunjuk yang kalian berikan.

Jika tak ada jarak, maka tak ada rindu. Tak ada sayang yang terucap. Tak ada rasa ingin bertemu. Tak ada cerita untuk dipadu. Tak ada.

Biarkan rindu itu berbalas dengan pertemuan. Memang dia adalah candu dan kita adalah pemainnya.

 *******
Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tidak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tidak ada spasi? 

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu. 

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang. 

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung. 

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.
(Spasi-Filosofi Kopi-Dee)

(kau akan tahu betapa beruntungnya aku dari foto-foto ini. I feel so looooooove)

aku suka ini.
Surat Shinta part 1 (itu petanya)
Surat Shinta Part 2
Mug narsis

Surat Mirtsa
Hot Umbrella
Pembatas Buku paling keren

Surat Windy Part 1 (nangis lagi)

Surat Windy Part 2 (makin nyesek)
 
Toples Cantik dengan Salju Abadi

Tumbler Travelista
Yes! You've Got a Friend
 Tengs Gals!!!

teman