Tanah yang kita injak kini tak lagi sama. Tapi langit kita masih sama bukan?
Berat sekali ketika memberi kabar
bahwa aku akan pergi ke ujung Indonesia. Kota yang bahkan kita tak tahu letak
pastinya. Sampai harus bedebat dia di paruh atau di ekor. Kota yang dulunya
hanya berada dalam impian untuk bisa sekedar berlibur ketika uang sudah
bejibun. Mengatakannya saja sudah membuat perut mulas dan dada sesak. Apalagi
melihat tanggapan kalian. mulai dari kaget, sedih, ngejek, dan akhirnya
mendoakan dan meyemangati agar aku kuat disana. Betapa riuh pembicaraan kita
waktu itu. Walau tanpa sadar ada aliran perlahan dari sudut mata yang mulai
kabur.
Kalian tau? Aku beruntung memiliki
teman yang sebegitu baiknya mengirimkan boks warna pink berisi penuh benda-benda
manis didalamnya. Menerimanya dari bapak-bapak pengirim pesan dengan wajah
ramah kemarin. Ingin segera kubuka, namun urung kulakukan karena masih ada
pekerjaan yang belum rampung. Kubawa dengan hati-hati. Kubuka perlahan. Namun akhirnya
tak sabar. Pertama kali yang kulihat adalah sebuah gambar peta. Gambar
Indonesia sederhana dengan muka-muka imut dibawahnya. Dibawah pulau Jawa kau
gambar begerombol muka-mukamu. Dibawah pulau Papua kau gambar mukaku. Sendiri. Iya
sendiri. Melihatnya kembali membuat mataku berair.
Payung merah yang hot. Pasmina
penuh gambar. Tumbler gambar travelling. Toples kaca bertabur salju abadi
berwarna pink dan hijau. Berisi alat-alat pemanis tubuh. Mug berhias foto kita.
Serta foto dan pembatas buku paling indah yang pernah aku tahu. Benda-benda
yang pastinya kau pikirkan dengan sangat untuk keperluanku kelak. Perlakuan
kalian sungguh special. Untuk orang yang biasa ini. Untuk orang yang tak
bisa membalas ini. Yang hanya bisa membalas dengan tangan menengadah ke langit selepas
bersujud kepada-Nya.
Senang sekali aku mengumpulkan doa.
Doa agar aku sukses, doa sehat selalu, doa cepet dapet jodoh, doa agar betah
disana, doa agar tetap santik, mulus, dan unyu-unyu, doa agar ketemu
orang-orang baik hingga doa segera balik ke pulau Jawa. Kukumpulkan satu
persatu. Kuikat dengan erat. Dan kubawa terbang melintasi ratusan pulau hingga
di pulau paling timur ini.
Doa kalianlah yang ku bawa mengabdi.
Doa kalianlah yang kupakai untuk berdiri.agar tak lagi gemetar kaki ketika
menginjak tanah ini. doa kalianlah yang kugunakan sebagaii pelindung. Dari
ganasnya binatang kecil bersayap yang pandai terbang mengerubuti. Sehat-sehat
ya disana. Katamu kala itu. Doa kalianlah yang kusimpan dengan erat. Untuk
menguatkan ketika semangat mulai bergeliat dengan tanah dan tak mampu lagi
menembus langit.
Jauh atau dekat jarak, kita yang
ciptakan. Jika enam jam saja kita sudah mengeluh dan takut. Bagaimana jika
nanti sudah berbilang hari. bagaimana nanti jika sudah berbeda benua. Aku masih
dekat kawan. Masih dapat kau jangkau dengan mudah. Masih bisa menyusur sendiri
jalan untuk pulang. Masih ingat jejak-jejak dan petunjuk yang kalian berikan.
Jika tak ada jarak, maka tak ada
rindu. Tak ada sayang yang terucap. Tak ada rasa ingin bertemu. Tak ada cerita
untuk dipadu. Tak ada.
Biarkan rindu itu berbalas dengan pertemuan. Memang dia adalah candu dan kita adalah pemainnya.
*******
Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tidak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tidak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.
Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.
Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.
(Spasi-Filosofi Kopi-Dee)
(kau akan tahu betapa beruntungnya aku dari foto-foto ini. I feel so looooooove)
aku suka ini. |
Surat Shinta part 1 (itu petanya) |
Surat Shinta Part 2 |
Mug narsis |
Surat Mirtsa |
Hot Umbrella |
Pembatas Buku paling keren |
Surat Windy Part 1 (nangis lagi) |
Surat Windy Part 2 (makin nyesek) |
Toples Cantik dengan Salju Abadi |
Tumbler Travelista |
Yes! You've Got a Friend |
Tengs Gals!!!
terharu bercampur semangat bacanya Ul...
BalasHapuskamu pas nulis ini jg dengan semangat hati kan... aku tahu itu...
banyak teman disana ul santai saja...
C U next trip yaa...
Terimakasih kakak..semangat juga di Majene. Jadi, next trip kemana kak?
Hapus