Waktu tidak bisa menyembuhkan, dia hanya membuat kita lupa. (Reza Gunawan).
*baca dengan perasaan intonasi
marah (Ingat, hanya intonasinya saja)*
Untuk Anda
yang namaya seperti wanita. Saya tidak tahu Anda sebaik apa. Karena memang saya
tidak mengenal Anda mendalam. Tapi saya ingin bicara dengan Anda tentang sebuah
pengorbanan. Saya tahu kita tidak akan bisa mengobrol panjang, karena saya juga
tak mau. Sekali lagi saya hanya ingin memberi tahu tentang sebuah pengorbanan.
Pengorbanan untuk Anda tentunya.
Foto: Lukisan di WaterBlaster |
Cerita
ini berawal dari sebuah pesan singkat dari seorang teman baik saya. Pesan
singkat bahwa dia bertemu dengan wanita dalam sebuah rumah makan. Apa yang dia
sampaikan di pesan singkat itu? Dia merasa takut. Dia seolah ingin menghindar
dan pura-pura tidak melihatnya. Lalu siapa sebenarnya wanita ini? Siapa juga
teman baik saya yang mengirim pesan singkat di penghujung sore tadi? Apa
hubungan mereka dengan Anda? Ya, mereka berdua adalah orang yang sangat Anda
kenal. Yang satu pacar Anda saat ini dan yang satu calon pacar Anda dahulu,
atau lebih tepatnya “selingkuhan” Anda. Tapi apakah Anda benar-benar mengenal
mereka berdua secara utuh? Saya yakin tidak.
Teman
saya sering bercerita kepada saya, betapa Anda yang sama seringnya bercerita
kepada teman wanita Anda yang lain saat itu. Sudah tahu kan maksud saya disini?
Pacar Anda, sampai menangis sesengukan. Pernah. Sampai tidak nafsu makan.
Pernah. Lalu pernahkah Anda berpikir bahwa mengkhianati janji bisa membuat
pihak lain terluka? Anda dengan seenaknya bemain-main dengan teman wanita Anda.
Dengan baik hatinya mengantar pulang sampai rumahnya. Berkirim-kiriman pesan
sampai larut malam dengan kata pemanis di penghujung berakhirnya pembicaraan.
Coba tengok ke arah yang lain. Pacar Anda dengan sekuat tenaga menjaga hatinya
untuk tidak tengok kanan kiri. Karena dia hanya fokus melihat ke depan. Yang
dia yakini ada Anda di depan sana. Dia dengan segenap jiwanya mencoba untuk
selalu memaafkan Anda yang dengan enaknya memakai pemberian maaf itu sebagai
semacam izin untuk mengulanginya kembali. Kenapa? Mau menyela? Apa memang benar
semua ini? Saya mohon dengarkan saya dulu.
Pacar Anda
yang sangat sabar menghadapi Anda, apakah menurut Anda tidak trauma dengan
kelakuan Anda itu? Anda pikir dia baik-baik saja saat memberikan maaf dan
kesempatan bagi Anda untuk kembali menemani hidupnya? Anda salah. Dia yang Anda
pikir baik-baik saja. Sebenarnya sangat takut. Sangat takut Anda melakukan hal
yang sama. Lagi dan lagi. Dia selalu gemetar dan gentar saat melihat wanita itu
melintas tak sengaja di depan mukanya. Dia bahkan takut dan “nyesek” saat ada
nama yang sama dia jumpai di majalah atau dia dengar di radio. Dia yang selalu
bertemu dengan wanita itu tanpa sengaja karena kota tempat tinggal yang sama.
Bertemu di kampusnya. Bahkan di mimpi-mimpinya dan di pikirannya yang kadang
membuatnya sering bertanya pada dirinya sendiri. Apa aku tidak pantas ya untukmu?
Kadang rasanya ingin saya gampar teman saya ini. Karena yang tidak pantas
untuknya itu ANDA! Dia terlalu baik. memaafkan setiap kesalahan Anda. Merajut
kembali benang-benang yang sempat bercabang ke rumah tetangga. Memberi
kesempatan baru dan menguatkan diri setiap hari bahwa dia akan memperbaiki
diri. Untuk siapa? Untuk ANDA.
Ada
saat dimana saya ingin menyarankannya untuk melepas Anda saja. Tapi sekali lagi
saya tekankan. Saya sama sekali tidak mengenal Anda. Saya hanya tahu Anda lewat
cerita-ceritanya. Saya hanya berbicara dengan Anda seperlunya. Pembicaraan
terbanyak saya dengan Anda ya lewat tulisan ini. jadi teman sayalah yang
benar-benar mengenal Anda.
Hari
ini lewat pesan singkatnya, dia berkata. Anda telah memilih dan dia pantas
dipilih. Tapi menurut saya, Anda lah yang dipilih karena dia terlalu baik untuk
Anda. Semoga Anda bisa merubah diri untuknya. Memperbaiki kelakuan Anda dan
tidak akan mengulangi hal yang sama. Saya rasa ini saja. Jaga dia jika nanti Anda
memang memutuskan untuk hidup bersamanya sampai mati. Terimakasih telah
mendengarkan, maksud saya membaca tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar