follow me! | Museum Karst-Wonogiri |
A whole new world. A new fantastic point of view. No one to tell us no.
or where to go. Or say we’re only dreaming.
A whole new world. A dazzling place I never knew. But now from way up
here. It’s crystal clear. That now I’m in a whole new world with you.**
Sepertinya mau
loncat-loncat. Agar rasa kantuk selepas subuh lenyap. Namun urung. Karena
persiapan belum juga rampung. Pergilah saya menerjang subuh, bersama himpitan
dingin yang menusuk. Melewati gua, sawah dan waduk. Tak lupa rumah, gedung dan
warung. Dan sampailah saya di sebuah universitas, walau dengan tersesat dan
tanya sana sini. Universitas ini memiliki memori tersendiri buat saya saat
masih kecil. Beberapa kali saya di ajak bapak berkeliling kampus ini untuk
mengurusi kuliahnya. Yang saya tahu saat itu hanya banyak orang dewasa di
mana-mana. Berkenalan dengan mbak-mbak yang suka mencubit pipi saya. Sholat
dhuhur di masjidnya dengan takut-takut. Karena bapak masuk di saf lelaki dan
saya harus sendirian di saf wanita. Memasuki jalan kampusnya kemarin dengan di
jemput dua orang teman, menarik kembali memori belasan tahun lalu.
Setelah beberapa menit
menunggu yang belum mandi dan yang belum datang. Berangkatlah kami berlima
menuju sebuah museum karst di Pracimantoro, Wonogiri. Sebelumnya menjemput satu
teman lagi yang rumahnya di Wonogiri. Karena banyak aral, semacam lelet, ban
bocor dan sedikit gerimis maka waktu berjalan cepat dan perut mulai lapar. Kami
makan dulu di warung makan tepian waduk gajah mungkur. Di temani petikan sitar
dan suara ibu-ibu bermake up tebal berdendang lagu jawa.
Lanjut berkendara ke
tujuan awal. Bertanya dua kali dan sampailah kami di Museum karst yang baru di
resmikan tahun 2009. Setelah menunaikan ibadah, kami masuk ke museum yang harga
tiketnya hanya 2100. Berkeliling, foto-foto, mencet-mencet tombol dan
terkagum-kagum karena museumnya masih bersih dan terawat. Jadi tahu apa itu
karst, yang mana stalaktit dan yang mana stalakmit. Kehidupan jaman dulu di
goa-goa dan manfaat karst masa kini.
Setelah melalui pintu
keluar kami sempat bingung memutuskan mau ke lurus atau ke kanan. Rasanya ke
kanan dan melihat pura adalah pilihan tepat karena jaraknya dekat. Menaiki
puluhan anak tangga yang di tengahnya ada semacam jalan untuk kereta barang. Puranya
sudah nampak, Tertutupi semak-semak. Bergerak dan berdecak. Tentu saja sambil
bergerak dan bergaya saat kamera dibiarkan mengambil gambar secara mandiri. Turun
lagi ke bawah dan memutuskan berkendara ke goa.
Langit yang mulai mendung
membuat kami segera bergegas pulang. Mampir ke rumah saudara salah seorang
teman yang katanya dekat, tapi kok ya lumayan. Di jamu makan siang dan cerita
menarik tentang pertanian dan cerita keturunan mereka.
Pulang. Dengan guyuran
hujan deras dan sempat berteduh di rumah warga yang baik hati. Mampir ke
Wonogiri lagi dan berpamitan dengan ibu ramah, ibu teman kami.
***
Jadilah pemeran utama.
Bukan hanya pemerhati cerita. Berdiam diri terjepit dinding rumah, tebalnya
buku perjalanan, atau cerita dari mulut manusia tidak akan cukup. Semua itu akan
lebih nyata jika kita sendirilah pemeran utamanya. Mendongaklah ke atas di
manapun kita berada, langit akan tetap sama. Tapi menunduklah dan melihat
sekitarmu, keindahan yang luar biasa akan terpampang disana.
Perjalanan kemarin
membuat saya semakin kaya. Mulai dari mendapat teman baru, mendapat ingatan
baru, pengalaman, tempat dan situasi yang berbeda. Berbincang tentang kuliah,
skripsi, karir dan cita-cita. Hingga bercerita tentang anak mas, gerhana,
angling dharma, dan wiro sableng kecil yang katanya dari Wonogiri. Tanpa lelah
hingga nasi dipiring lupa dimakan. Berdebat tentang Es Goreng atau Es Kado.
Tata Boga atau Taekwondo. Menemukan air haram di mulut goa dan muda-mudi di
pinggiran jalan bersemak. Mendengar cerita tentang video editing, jagung yang
bagus, hingga cerita cinta yang tumbuh dari sekolah dasar. Tak lupa cerita masa
lalu. Tentang ikhlasnya warga hijrah dari Wonogiri. Sebaliknya ada juga yang merantau
dari Salatiga dengan berkuda. Berfoto gaya Power Ranger. Dan menyadari salah
satu diantara kami mirip Febri Idol, dia bilang malah Fedi Nuril. Hujan kemarin
menjadi pelicin jalan agar perjalanan kami semakin lancar, walau cipratan
genangan air dari truk pertamina memang menyebalkan. Tapi semuanya terbayar.
Dunia baru yang hanya didapat jika kita bergerak. Bukan hanya digerakkan oleh
rotasi dan revolusi bumi.
A whole new world. A hundred thousand things to see. I’m like a
shooting star. I’ve come so far. I can’t go back to where I used to be.
A whole new world. With new horizon to pursue. I’ll chase them
anywhere. There’s time to spare. Let me share this whole new world with you.**
**(A Whole New World – OST Aladin)
Belajar kemarin
#Karst : adalah sebuah
bentukan alami dari proses pelarutan dan penggendapan kalsit yang biasanya ada
di gua-gua. Bisa untuk tempat penyimpanan air dalam gua sebagai sungai atau air tanah.
#Stalaktit : batuan atau
mineral sekunder yang terbentuk dari tetesan air di daerah kapur melalui celah
batuan yang letaknya di atap gua. Bentuknya biasanya meruncing ke bawah.
#Stalakmit : bedanya ada
pada letaknya yang di bawah (dasar gua). Meruncing ke atas.
== Photo Gallery ==
Tidak ada komentar:
Posting Komentar